Chapter 3. Dimana ya?

“Vi temenin mama belanja yuk.” Mama menarik buku kimiaku.

“Mama…. bentar lagi vivi ada olimpiade kimia nih, harus belajar.”

“Sekali-kali refreshinglah Vi. Ayo donk temenin mama, kamukan udah lama gak shopping bareng mama.” Aku berpikir sejenak. Ya juga, sejak masuk SMA aku jadi jarang shopping sama mama. Kalo gak hang out sama temen2, aku pasti lagi baca buku kimia. Cita-citaku jadi apoteker sih.

“Ya udah, ayo pergi ma.” Aku berdiri

“Ganti baju dulu donk sayang. Kita kan juga pergi sama temen mama dan anak laki-lakinya. Masa baju kamu kayak gitu?Pake rok sana.” Mama mendorongku menuju kamar lalu mengutak-atik lemari bajuku.

“Duh… kenapa sih anak perempuan mama satu-satunya pakaiannya jeans semua. Nah ini dia. Pakai yang ini aja.” Mama memilihkan baju terusan bewarna putih kebiru-biruan, hadiah ulang tahunku dari mama tahun lalu.

“Tapi ma itu terlalu pendek, kalo gerak gak bebas. Anak zaman sekarang lebih suka pake jeans”

“Akh enggak pendek2 amat kq Vi. Masa kamu gak mau pake baju dari mama?” Ucap mamaku, membuatku jadi tdk enak. Akhirnya aku memakai baju itu juga. Kemudian mama menyisir rambutku, mengikatnya setengah dan memberinya pita bewarna biru muda.

“Nah kalo gini cantik kan?” Ucap mamaku puas. Cuma mau ke mall aja ribet bgt sih kayak mau ke ultah tmn aja. Ya… tapi gak ada jeleknya juga sih, aku jadi keliatan lebih feminim. He3x….

“Makasih ya ma.” Mamaku tersenyum. Kemudian kami berangkat menuju mall. Setibanya disana mama buru-buru menuju tempat janjian mama dan temannya. Kami terlambat 15menit. Hm…. Seperti apa ya anak teman mama?? Jadi penasaran juga.

Sesampainya di sana, mama mencari-cari temannya dan menemukannya duduk di bangku paling pojok dengan anak cowoknya. Aku terkejut, anak cowok itu sepertinya pernah aku temui sebelumnya. Tapi dimana ya?

“Sori Jeng telat. Wah maaf ya Vid tante telat” Aku mengikuti mamaku duduk di depan mereka dan posisiku sekarang persis di depan cowok itu.

“Akh gak apa-apa kq tante.” Dibarengi oleh senyum cowok itu.

“Oh ya jeng ini anak saya Vivi.”

“Siang tante.” Aku tersenyum.

“Duh jeng anaknya cantik sekali. Panggil aja tante, tante Ani ya Vi” Ucap tante Ani ramah. “Vid kenalan donk sama anaknya tante Ira.” Cowok itu mengulurkan tangannya kepadaku.

“David.” Ia tersenyum kecil kepadaku. Kemudian kami bersalaman.

“Vivi.” Ucapku. Setelah itu kami memesan makanan. Mama dan tante Ani berbincang-bincang ria sedangkan aku dan David gak tau mau ngomong apa.

“Oh ya Vivi…. David ini 1 sekolah sama kamu. Tapi sepertinya kalian gak pernah 1 kelas.”Ucap tante Ani. Hm… apa karena itu ya aku merasa pernah melihat cowok ini.

“Wah kalo gitu, bagus donk. Kita belanja berdua aja bareng jeng. Biar anak-anak muda sm anak muda aja.” Hah? Apa kata mama? Kq kesannya jadi kayak perjodohan aja.

“Ya betul juga. Vid… kamu temenin Vivi belanja kalo gak kalian main ato nonton aja.” David mengiyakan mamanya. What?? Kesannya kayak ngedate donk. Kalo sama si Evan sih oke tapi sama cowok yang baru kukenal? Oh my God!!!

Akhirnya, Kamipun berpisah gengan mama dan tante Ani dan janjian ketemu di tempat makan jam 6 malam nanti. 4 jam lagi!!! Waduh aku harus ngapain nih?  Udah gitu gak tahu harus ngomong apa lagi.

“Rasanya aku pernah ngeliat kamu. Tapi dimana ya?” David tiba-tiba bersuara. Hah? Kq sama?

“Ng… mungkin karena kita 1 skola kali ya. Mungkin aja kita pernah ketemu di kantin ato di parkiran.”

“Hm… bisa jadi. Ng… kamu mau kemana skrg?”

“Ke toko buku aja.” Akhirnya kami ke toko buku. Di sana aku mencari2 novel terbaru, tenggelam dalam kesibukanku sedangkan David mengikutiku tanpa suara. Terkadang melihat buku yang aku liat tapi kemudian mengikutiku lagi. Setelah memilih 2 buku novel (menghabiskan waktu 1 jam lho!) aku menuju kasir. Baru aku mau mengeluarkan dompetku dari tas tiba2 David menyodorkan uangnya ke kasir membuatku terkejut. Dia juga membawakan bukuku keluar dari toko buku dan memberikannya padaku.

“Ng…. Thanks. Ini uang novelku tadi.” Aku menyodorkan uangku tapi David menolak.

“Gak usah. Hari ini aku yang traktir.” Aku berusaha menolak

“Hari ini kamu membuatku mengingat sesuatu dan aku senang. Jadi anggap aja hari ini aku yang traktir.” Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya aku menurut juga.

Masih sisa 3 jam…. Ngapain ya? Aku berdiri mematung. Tiba-tiba David berjalan ke arah lift, akupun mengikutinya. Ternyata ia mengajakku ke bioskop, tanpa berkata apa-apa ia membeli tiket yang akan main 15 menit lagi. Ia berjalan lagi, aku mengikutinya. Ternyata kali ini ia membelikan 2 popcorn dan 2 coke.

“Thanks.” Ucapku. Dia gak begitu banyak omong. Tapi aku gak suka atmosfer ini. Aku berusaha memancingnya bicara tapi jawabannya selalu singkat. Bikin kesel aja. Walaupun Cuma 15 menit tapi jadi serasa 1jam.

Setelah keheningan yang cukup lama tiba-tiba David bicara,“Sori kalo km merasa gak enak jalan sama aku. Aku gak begitu bisa ngomong kl bukan ma temen dktku.” Akupun tersenyum ke arahnya. Untung dia nyadar.

“Gak apa-apa kq. Aku juga gitu.” Hmph… aku tertawa dalam hati. Sepertinya dia orang yang baik tapi cuma sedikit malu-malu aja. (Tapi apanya yang aku jg gt?? Si Vivi kan cerewet!!!)

Akhirnya filmnya dimulai juga. Kami duduk bersebelahan, menonton bersama. Hm… kl dipikir, ini rasanya kayak kencan aja. Tiba-tiba aku jadi malu. Ah…. Aku melengos…. Sayang bukan sama Evan. Aku jadi gak konsentrasi sama filmnya dan memikirkan Evan. Kira2 dia sedang apa ya sekarang? Tiba2 David tertawa mengejutkanku! Aku menoleh ke arahnya yang serius menonton. Dia terlihat lebih ramah kl ketawa. Akupun tersenyum sendiri. Sudah ah…. Lebih baik aku juga berkonsentrasi sama film ini juga.

Filmnya berakhir tepat pukul 5.40, kamipun segera keluar dari bioskop dan menuju ke tempat yang telah dijanjikan. Disana mama dan tante Ani telah menunggu kami dan kamipun makan malam bersama. Setelah makan malam, kami menuju ke arah pintu keluar sambil tetap mengobrol ceria

“Waduh saya senang banget hari ini jeng. Kapan2 kita jalan2 brg lagi ya?”Mamaku mengiyakan.

“Tante kami pulang dulu.” Ucapku kepada tante Ani setelah taxi yang kami tunggu datang. Tante Anipun tersenyum ramah ke arahku. Mamaku telah masuk duluan ke dalam taxi. Sesaat sebelum aku membuka pintu taxi tiba-tiba David membukakannya untukku.

“Thanks hari ini. Udah lama aku gak jalan-jalan.” Ucap David sambil tersenyum. Aku membalas senyumnya.

“Makasih juga.” Ucapku sambil masuk ke dalam taxi. Kedua orang tua kami tersenyum2 spt punya maksud. Ya sudahlah, toh aku cuma menganggap David teman.

Fuh…. Aku memandang langit dari jendela mobil. Tak ada bintang yang bisa dilihat, setidaknya di Jakarta ini. Aku menghela napas mengingat kejadian hari ini. Ya…. Hari ini aku mendapat teman baru walaupun sifatnya agak aneh dan gak terlalu banyak omong tp dia org yg baik dan aku senang melihat senyumnya. I wonder why he act like that.  Aku tersenyum memikirkan hari esok dan berharap esok lebih baik dari hari ini.

The End Chapter 3

About chiyokochan

Binusian 2013
This entry was posted in My Stories. Bookmark the permalink.

4 Responses to Chapter 3. Dimana ya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *