Chapter 1. Cinta yang Tertahan

Sigh…. aku menghela napasku panjang,  melihat ke arah halaman sekolah dari tempat dudukku. Jam pulang sekolah telah berakhir 20 menit yang lalu namun aku masih terduduk dengan mata menerawang di bangkuku.

“Woi ngapain  ngelamun, gak pulang?” Rena memukul kepalaku dengan bukunya. Sejenak Aku terkejut.

“Sakit tau.” Aku membalasnya dengan tepukan pelan.

“Ada apa’an sih? Tumben banget  ngelamun. Ngelamunin apa ya?Hm…..cowok ya?? Lagi ada yang km taksir ya?” Rena mengintrogasiku seakan-akan ia tahu. Kenapa sih Rena seperti bisa membaca pikiranku?

“Apa’an sih.” Aku mengelak namun mukaku berubah menjadi merah.

“Ih… ternyata beneran ya….?? Siapa sih yang lagi kamu taksir? Cerita donk!”

“Gak mau ah… ntar kamu ngeledekin aku lagi.” Aku menolak bercerita.

“Gak, aku gak bakalan ngeledekin… janji deh.”

“Beneran ya??” Rena mengangguk meyakinkanku.

“Itu… Ng… Gak tau sih sejak kapan… aku jadi suka sama… si Evan” Ucapku malu-malu. Sekilas Rena tampak terkejut lalu tertawa. Aku memonyongkan bibirku merajuk….

“Katanya gak bakalan ngeledekin, malu tau!” Rena berusaha mati-matian menahan tawanya, membuatku semakin jengkel.

“Ya, sori, sori… abis aku gak nyangka aja kl kamu jadi beneran suka sama dia. Apa sih yang menarik dari dia??”

” Hm… Apa ya? Selama ini walaupun temen-temen sering jodoh-jodoin aku ama Evan, aku gak pernah nanggepin. Tapi semakin deket ma dia, semakin aku tau pribadi dia. Dan tanpa aku sadarin, aku selalu memperhatikan dia yang sedang tertawa lepas dengan anak-anak lainnya. Dia selalu tersenyum dan ramah kepada setiap orang.” Aku menceritakannya berbunga-bunga membuat pipiku yang temben menggembung. Rena tertawa lagi, kali ini lebih keras membuat mukaku bertambah merah.

“Sori, sori aku gak bisa nahan ketawa abis  dulu bilangnya gak bakalan seneng sama org kayak si Evan sih. Eh, taunya kena deh.” Aku memonyongkan bibirku lagi kali ini lebih maju 5cm.

“Trus km ngapain Vi duduk di bangku itu? Anak-anak dah pada pulang dari tadi.” Sesaat setelah Rena menanyakan hal itu padaku, mataku berbinar. Rena mengikuti arah mataku berjalan dan berhenti tepat di depan sosok yang kukagumi.

“Kamu bisa liat kan Na, ini tempat VIP. Dari sini aku bisa memandang Evan sepuasku tanpa perlu berdesak-desakan sama fans2nya Evan.”

Aku berbicara kepada Rena tanpa mengalihkan pandangan mataku, melihat Evan yang sedang bermain basket di lapangan. Sinar matahari yang menerpanya, menjadikannya lebih berkilau dan kucuran keringatnya, menjadikannya terlihat macho dan keren. Caranya menyibakkan rambutnya saat ini membuatku berhenti bernapas sejenak. Uah…. keren banget.

“Kamu pengecut.” Rena membuyarkan lamunanku seketika. Saat itu Rena memandangku dengan tatapannya yang aneh. Aku sangat terkejut.

“Maksud kamu apa Na??”

“Kamu bilang itu tempat VIP?” Rena tersenyum sinis membuatku bergidik. “Sebenarnya itu pelarian kamu aja…” Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya. “Yang sebenarnya adalah kamu takut orang lain tau kalo kamu suka sama Evan bahkan untuk memandangnya dengan terkagum seperti tadi gak bisa kamu lakukan dari dekat seperti cewek2 cheers itu. Selamanya kamu hanya bisa mengaguminya dari belakang.”

Rena mengatakan hal itu dengan nada tinggi dan berangsur-angsur menjadi lemah kemudian pandangan matanya menerawang.  Membuatku terhenyak, memikirkan kata-kata itu berulang-ulang. Ia benar… selamanya aku hanya akan jadi pengagum Evan dari belakang. Aku tersenyum kecut.

“Vi kamu harus lebih agresif. Kalo perlu kamu nyatain perasaanmu ketika dia memberi sinyal.”Rena menyemangatiku. Aku hanya tersenyum kecil.

“Gak Na. Aku udah cukup senang kq jadi teman dekatnya dan aku gak mau ngerusak hubungan kita selama ini. Berada di dekatnya aja, aku sudah cukup senang saat ini.” Aku menunduk menyembunyikan mukaku, entah seperti apa ekspresiku saat ini.

“Na… mumpung kita masi kelas 2 SMU masi ada kesempatan. Jangan buang2 kesempatan itu atau kamu akan menyesal.” Rena membalikkan punggungnya sambil mengucapkan kata-kata itu dengan suara yang berat kemudian melangkah pergi meninggalkanku yang masih berkutat dengan pikiranku.

Masih kelas 2 SMU ya. Hmph…. aku tertawa hambar. Semester 2 akan berakhir 2 bulan lagi. Aku berharap kelas 3 nanti aku akan sekelas lagi dengan Evan. Aku berdiri dari tempat dudukku dan melangkah keluar kelas. Aku harus bisa menyembunyikan perasaanku ini. Tidak ada yang boleh tau perasaanku selain Rena…….. tidak ada. Untuk terakhir kalinya aku melihat ke arah Evan sekilas, sebelum akhirnya aku pulang ke rumah. Sampai jumpa lagi besok Evan………. I Love U

Chapter 1 The End

About chiyokochan

Binusian 2013
This entry was posted in My Stories. Bookmark the permalink.

5 Responses to Chapter 1. Cinta yang Tertahan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *